Riyan: Maulid Nabi dan Tahun Politik Momentum Melahirkan Kepemimpinan Profetik di Sumatera Barat
Riyan: Maulid Nabi dan Tahun Politik Momentum Melahirkan Kepemimpinan Profetik di Sumatera Barat
Selamat merayakan Maulid Nabi yang selalu diperingati pada tanggal 12 Rabiul Awal, kali ini terasa sangat istimewa karena berurutan dengan peringatan Sumpah Pemuda yang jatuh pada tanggal 28 Oktober 2020, begitu terasa ke sanubari rakyat republik perasaan nan nasionalis-religius. Maulid nabi tahun ini juga terasa berbeda karena bersamaan dengan tahun politik, pemilihan kepala daerah. Kita perlu mengingat kembali nilai-nilai profetik yang nabi lakukan. Apalagi saat libur panjang ini kita sangat berkesempatan sekali menyimak Michael H Hart, di mana di dalam bukunya yang berjudul The 100, A Ranking of The Most Influential Persons in History, ia menempatkan Nabi Muhammad sebagai orang yang paling berpengaruh dalam sejarah. Diungkapkan sikap profetik nabi dalam politik, Nabi Muhammad melakukan reformasi politik di dunia Arab, sekaligus menggulirkan pula revolusi sosial-kultural menuju sebuah sistem yang egaliter, humanis, dan toleran. Nabi Muhammad sangat ideal menjadi teladan uswatun-hasanah dan penyejuk ditengah panasnya hubungan Arab-Erdogan vs Eropa terkait karikatur nabi, termasuk umat Islam di Indonesia yang kini tengah berada di tahun politik jelang pergantian kepemimpinan daerah pada 2020 ini.
Setiap daerah di Indonesia, termasuk di Sumatera Barat yang terdiri dari 19 Kabupaten/Kota ini butuh kepempinan profetik. Bukan pemimpin yang hanya pintar blusukan dan beretorika tanpa fakta. Bukan pemimpin yang gampang marah dan suka mengeluh, tapi pemimpin yang mau mendengar segala keluh-kesah rakyatnya.Bukan pemimpin yang sibuk dengan kepentingan golongan dan orientasi politik partisan sesaat, tapi pemimpin yang sadar bahwa hidup dengan segala bentuk pertanggungjawabannya tidak hanya sebatas di dunia ini saja, tapi juga kelak di akhirat. Bukan pemimpin yang hanya mengutamakan pembangunan fisik melupakan pembangunan spiritual. Bukan pemimpin yang tak mengutamakan musyarawarah, mengedepankan kepentingan pribadi. Bukan pemimpin yang melakukan politisasi spiritual-adat, namun pemimpin yang istiqamah beramal kebajikan, menegakkan syarak dan adat.
Saatnya Sumatera Barat dan 19 daerah Kabupaten/Kota dipimpin pemimpin yang memahami nilai-nilai profetik dan meneladani kepemimpinan Nabi. Karena yang lahia manunjuakkan yang batin. Sebagaimana pidato Soekarno saat Maulid Nabi, ia berkata jikalau benar-benar engkau cinta Muhammad. Jikalau engkau benar-benar merayakan Maulud Muhammad bin Abdullah, jikalau engkau benar-benar merayakan. Kerjakanlah apa yang ia perintahkan, kerjakanlah apa yang agama ia bawa. Semua tindakan pemimpin harus sesuai kato jo pabuatan. Kita berharap peringatan Maulid Nabi di tahun politik ini melahirkan pemimpin profetik di ranah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah.
Tuntutan atas kepemimpinan daerah yang amanah di atas sejalan dengan Pasal 76 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang melarang kepala daerah dan wakil kepala daerah membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan pribadi, keluarga, kroni, golongan tertentu, atau kelompok politiknya yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan membuat kebijakan yang merugikan kepentingan umum dan meresahkan sekelompok masyarakat. Kita tak ingin setelah tahun politik usai, kemudian terlihat pemimpin yang tergiur manisnya kekuasaan, lupa akan amanat dan tugas kepemimpinan yang diembankan kepadanya. Mereka kemudian seakan menjadi asing dengan bahasa batin rakyat yang dulu sangat peka didengarnya. Alek gadang demokrasi di Sumatera Barat bukanlah panggung pemilihan pemimpin untuk dilayani, tetapi memilih pemimpin profetik yang melayani sepenuh hati.
Riyan Permana Putra, S.H.,M.H.(Ketua Perkumpulan Pengacara dan Konsultan Hukum Indonesia Kota Bukittinggi)
Komentar
Posting Komentar