Riyan : Pancasila bisa menjadi Penengah Terbelahnya Arab-Erdogan vs Eropa

Riyan: Pancasila Bisa Menjadi Penengah Terbelahnya Arab-Erdogan vis-a-vis Eropa  

Kontroversi Arab-Erdogan vis-a-vis (vs) Eropa sebelumnya sudah tersulut ketika Macron telah memicu kontroversi sejak awal September. Saat itu, ia mengajukan UU untuk separatisme Islam di Prancis. Macron sempat berujar bahwa Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia. Karenanya pemerintahnya akan mengajukan rancangan undang-undang pada bulan Desember untuk memperkuat undang-undang tahun 1905 yang secara resmi memisahkan gereja dan negara di Prancis. Setelah seorang guru di Prancis dipenggal karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas yang ia pimpin, seraya berbicara soal kebebasan, Macron kembali berkomentar. Ia berujar sang guru dibunuh karena kaum Islamis menginginkan masa depan kita.

Lalu setelah pernyataan itu, kita melihat pertentangan antara Arab-Erdogan vs Eropa. Pemimpin dunia terbelah akibat Presiden Prancis Emmanuel Macron. Pernyataan Macron yang kontroversial soal Islam membuat sejumlah pemimpin dunia mengambil posisi berbeda. Negara-negara seperti Iran, Turki, dan Pakistan mengecam pemimpin 42 tahun itu. Dalam pernyataan di media sosial, Iran melalui Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menilai Prancis telah menyulut ekstremisme.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut Macron butuh perawatan mental karena mendukung Islamofobia. Ia juga mengatakan umat Islam kini diperlakukan seperti Yahudi saat Perang Dunia II. Sedangkan Presiden Pakistan menilai Macron telah menyerang Islam dan melukai Muslim. Menurut Presiden Pakistan komentar Macron makin menimbulkan perpecahan. Lebih lanjut Presiden Pakistan sangat menyayangkan Macron telah memilih untuk mendorong Islamofobia dengan menyerang Islam daripada teroris yang melakukan kekerasan, baik itu Muslim, Supremasi Kulit Putih atau ideolog Nazi. Kecaman terhadap Macron juga datang dari umat Kristen Arab. Salah satunya penyiar senior Al Jazeera yang berbasis di Qatar, Jalal Chahda.

Sementara itu di Eropa, sejumlah petinggi justru membela Macron. Di antaranya Kanselir Jerman Angela Merkel, Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte dan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, . Merkel menilai yang dikatakan Erdogan khususnya, membandingkan Muslim dengan Yahudi, terlalu berlebihan. Ia menyebutnya fitnah yang sama sekali tak bisa diterima. Hal senada juga dikatakan Conte. Menurutnya komentar Erdogan bisa memperburuk hubungan Turki dengan Eropa. Rutte sendiri menyatakan Belanda mendukung kebebasan mengemukakan pendapat. Ia menegaskan negeri itu, melawan ekstremisme dan radikalisme.

Dilain pihak, seruan boikot produk Prancis juga terjadi. Salah satunya di Yordania, Qatar, Kuwait dan Turki. Asosiasi Perdagangan Kuwait boikot dilakukan karena posisi Presiden Prancis Emmanuel Macron dan dukungannya terhadap kartun ofensif terhadap nabi Muhammad. Seruan boikot juga datang dari Erdogan yang juga meminta warga Turki memboikot produk Prancis.

Pancasila bisa menjadi Jalan Tengah terbelahnya Arab-Erdogan vs Eropa 

Ada pelajaran di sana dan ada hikmahnya  kita bisa menarik kembali ingatan kita ketika Presiden Soekarno pernah menawarkan Pancasila sebagai ideologi alternatif kepada dunia. Menurut putra Bukittinggi yang juga sejarawan/peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam menjelaskan, Soekarno menyampaikan itu ketika berpidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1960. Pancasila bukan hanya untuk bangsa Indonesia, karena oleh Soekarno juga ditawarkan kepada dunia. Jadi dalam pidato beliau di PBB tahun 1960, Bung Karno juga menawarkan Pancasila. Menurut penulis dari terbelahnya dunia Arab-Erdogan vs Eropa Pancasila bisa menjadi solusi atau jalan tengah. 

Jika kita ingat kembali memori pidato Soekarno dan tokoh dunia lainnya kala itu mendorong perdamaian. Tawaran Soekarno pada dunia pada waktu itu juga sangat relevan kita tawarkan kembali kepada dunia harapannya menggugah pemimpin dunia supaya melakukan perdamaian.

Dan dalam manuskrip pidato tawaran Pancasila Bung Karno kepada dunia itu Bung Karno mengkritik PBB, karena Tiongkok tidak masuk dalam PBB. Kita tahu usulan atau kritikan Sukano diterima. Tiongkok masuk tahun 1971. Pidato Bung Karno juga persoalkan Irian Barat yang belum dikembalikan oleh kolonialis belanda. Tapi intinya di tengah pertarungan Blok Barat dan Blok Timur, Bung Karno tawarkan ideologi alternatif yaitu Pancasila. Begitu juga dengan adanya terbelahnya Arab-Erdogan vs Eropa, Pancasila bisa menjadi jalan tengah. 

Sebagaimana diingatkan oleh Bung Karno, bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat jasa para pahlawannya yang secara konsensus melahirkan karya agung abadi pengikat persatuan bangsa. Apalagi ketika kita mengacu pada teori hierarki norma hukum yang dikemukakan Hans Kelsen, Pancasila persis ditempatkan sebagai Norma Dasar (Grundnorm) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Norma dasar tersebut merupakan hukum tertinggi dalam negara. Dan di bawah Grundnorm itu terdapat norma-norma hukum yang disusun berjenjang-jenjang, mulai dari  UUD 1945, Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Peraturan Daerah.  Dengan menempatkan pancasila sebagai Grundnorm maka Pancasila adalah norma pertama atau pokok kaidah negara fundamental.

Kita sebagai rakyat Indonesia harus bangga dengan ideologi Pancasila. Sebab Pancasila mempersatukan Indonesia sebagai sebuah bangsa. Dan dalam pidato Sukarno di PBB yang menawarkan Pancasila sebagai alternatif ideologi kita yakin juga Pancasila dapat menjadi jalan tengah dari kemelut dunia abad milenial yang terjadi antara Arab-Erdogan vs Eropa. Apalagi pidato itu kini sedang diupayakan ke UNESCO menjadi Memory of the World atau kenangan dunia tengang perdamaian dunia abadi.(*)

Oleh: Riyan Permana Putra (Ketua Perkumpulan Pengacara dan Konsultan Hukum Indonesia Kota Bukittinggi)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketua Perkumpulan Pengacara dan Konsultan Hukum Indonesia (PPKHI) Kota Bukittinggi Riyan Permana Putra, S.H., M.H. ajak Pengacara dan Konsultan Hukum Indonesia Bergabung menjadi Anggota Perkumpulan Pengacara dan Konsultan Hukum Indonesia (PPKHI)

Lahirnya Tokoh Muda Penuh Integritas dan Idealisme di Kota Bukittinggi

Dr (cand). Riyan Permana Putra, S.H., M.H., Dipercaya menjadi Pengurus DPD Bapera Sumatera Barat

Riyan Ketua PPKHI Bukittinggi Tanggapi Keinginan PSI Sumatera Barat yang Ingin Menjadi Oposisi di Sumatera Barat. Seharusnya Pola Hubungan Kerja Antara Partai Politik di DPRD dengan Pemerintah Daerah dalam Fatsun Demokrasi Indonesia adalah Sejajar, Seirama, dan Selaras

FPII Korwil Bukittinggi - Agam Gelar Buka Bersama dan Konsolidasi

Ketua PPKHI Bukittinggi Ucapkan Selamat Ulang Tahun ke-4 kepada LAKATAS dan Ungkap Peran Penting LAKATAS sebagai Civil Society

Salah Satu Dugaan Epicentrum Masalah Proyek di Jalan Perintis Kemerdekaan Bukittinggi

Perlunya Penguatan Alutista Maritim Pasca Tenggelamnya Kapal Selam Nanggala 402

Riyan Ketua Perkumpulan Pengacara dan Konsultan Hukum Indonesia (PPKHI) Kota Bukittinggi Tanggapi Penurunan Stok Darah di Kota Bukittinggi dan Tegaskan Ketersediaan Darah Tanggung Jawab Pemerintah Daerah

Pandemi Marakkan Lagi Pinjaman Online, LBH Bukittinggi Buka Posko Pengaduan Korban Pinjaman Online