E-Commerce sebagai Solusi bagi Perantau dan Masyarakat Minang saat Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
E-Commerce sebagai Solusi bagi Perantau dan Masyarakat Minang
saat Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
Kelumpuhan ekonomi yang dimulai dari China telah menjalar ke hampir semua negara di dunia. Sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, kelumpuhan ekonomi China akibat Covid-19 akan berdampak sangat besar terhadap perkembangan ekonomi dunia. Organisasi kesehatan dunia WHO pun menyatakan bahwa ini sebagai pandemi mulai memberikan dampak juga terhadap job security setiap pekerjaan di dunia, tak terkecuali di Indonesia.
E-commerce sebagai Solusi Ekonomi Bagi Perantau Minang dan Masyarakat di Ranah Minang saat Covid-19
Oleh: Riyan Permana Putra, S.H.,M.H.
“Kerap kali kita temui
orang yang masih hidup tetapi telah mati, karena semangat hidupnya yang padam,
dan kerap kali pula kita bertemu orang yang telah lama mati padahal ia masih
hidup karena semangat perjuangan hidupnya tidak pernah mati.” (Buya Hamka)
Virus covid-19 sungguh menjadi masa kegelapan abad ini. Abad
yang semula digambarkan sebagai era keemasan di saat dunia tidak mengenal
batas. Virus kecil yang mematikan itu, setiap hari justru semakin memurukkan
kehidupan umat manusia. Satu per satu orang mulai kehilangan pekerjaan dan juga
kemudian masa depan. Di Indonesia, berdasarkan riset yang dipublikasikan akhir
Januari lalu, Bank Dunia mencatat jumlah masyarakat rentan miskin di Indonesia
mencapai 115 juta orang.
Kelumpuhan ekonomi yang dimulai dari China telah menjalar ke hampir semua negara di dunia. Sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, kelumpuhan ekonomi China akibat Covid-19 akan berdampak sangat besar terhadap perkembangan ekonomi dunia. Organisasi kesehatan dunia WHO pun menyatakan bahwa ini sebagai pandemi mulai memberikan dampak juga terhadap job security setiap pekerjaan di dunia, tak terkecuali di Indonesia.
Melihat dari sudut pandang ketenagakerjaan, menjadi wajar
jika saat ini aspek psikologis perantau minang dan masyarakat di ranah minang
sendiri sebagai entitas bisnis mulai dihinggapi kecemasan terkait dengan job
security. Semua sangat berharap masa kegelapan akibat covid-19 ini segera
berakhir. Orang tidak mungkin dibiarkan tidak bisa melakukan kegiatan apa pun
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Semua menyadari, kita tidak mungkin terus
menggantungkan hidup dari uluran tangan orang lain.
Martabat manusia ditentukan oleh pekerjaan. Sebagai homo faber, manusia harus bekerja untuk menghasilkan sesuatu. Orang akan kehilangan harga diri ketika tidak bekerja, ketika tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya. Bahkan Buya Hamka menulis: Ada peraturan tidak tertulis yang menyatakan semua kaum lelaki tidak berkuasa dalam rumah dan tidak boleh duduk berlama-lama karena tidak ada tempat untuk lelaki di rumah. Mereka pergi ke sawah atau ke ladang. Malam atau lewat malam barulah mereka pulang. Pagi-pagi lagi mereka sudah pergi.
Martabat manusia ditentukan oleh pekerjaan. Sebagai homo faber, manusia harus bekerja untuk menghasilkan sesuatu. Orang akan kehilangan harga diri ketika tidak bekerja, ketika tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya. Bahkan Buya Hamka menulis: Ada peraturan tidak tertulis yang menyatakan semua kaum lelaki tidak berkuasa dalam rumah dan tidak boleh duduk berlama-lama karena tidak ada tempat untuk lelaki di rumah. Mereka pergi ke sawah atau ke ladang. Malam atau lewat malam barulah mereka pulang. Pagi-pagi lagi mereka sudah pergi.
Perantau Minang mengalami Kesulitan Pekerjaan di Rantau
Kondisi perantau minang di daerah rantau sekarang ini juga
mengalami kesulitan masalah job security,
mereka kesulitan pekerjaan saat berada di rantau. Ini akan berdampak pada
kampung halaman nanti. Kalau biasanya saat lebaran banyak uang dari rantau
beredar di kampung baik melalui kiriman dari perantau maupun dibawa sendiri
oleh perantau mudik lebaran, besok besar kemungkinan tak ada lagi. Perantau
Minang sangat berharap kiranya Pemda Sumbar dan Pemda Kapupaten/Kota di Sumbar
khususnya dan di seluruh Indonesia umumnya, bisa mengantisipasi masalah ekonomi
yang diakibatkan oleh covid-19 ini.
Kesulitan pekerjaan di rantau tak hanya dialami perantau
Minang saja, di Ranah Minang juga mengalami, sebagaimana data dari Hasil survei
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Andalas (Unand) menemukan
sebanyak 52 persen masyarakat Sumatera Barat mengalami penurunan
pendapatan akibat pandemi covid-19. Di berbagai negara, termasuk Amerika
Serikat pun sekarang ini permintaan bantuan pangan meningkat 100% karena banyak
warga Amerika yang terdampak oleh covid-19. Lebih dari 22 juta orang secara
tiba-tiba harus kehilangan pekerjaan. Kondisi seperti ini sedang dihadapi oleh
semua negara, termasuk Indonesia dan Ranah Minang dan perantau Minang. Kita
berkejaran waktu antara upaya memutus
rantai penyebaran virus korona dengan upaya mencegah terjadinya pemburukan
kehidupan masyarakat karena kehilangan pekerjaan.
Harapan Perantau dan Upaya Pemerintah Provinsi Sumatera
Barat Mengahadapi Covid-19
Perantau minang yang ada di daerah rantau sekarang ini
berharap ada bantuan dari pemerintah sebagai solusinya. Misalnya dengan cara
memberi bantuan kredit lunak untuk modal usaha karena modal sekarang sudah tak
ada lagi. Respon cepat pemerintah provinsi Sumatera Barat harus diarahkan
dengan memberikan perhatian utama pada upaya pencegahan penyebaran covid-19 di
Ranah Minang. Seperti dengan refocusing
penggunaan APBD di mana sebagian besar anggaran dialihkan untuk penanganan
virus covid-19.
Dana khusus disiapkan untuk melakukan tes massal covid-19 kepada masyarakat. Secara bersamaan pemerintah harus. memitigasi dampak dari kebijakan pembatasan sosial berskala besar kepada kehidupan masyarakat. Sekarang ini terjadi peningkatan jumlah kelompok miskin. Kelompok yang sebelumnya bisa hidup mandiri kini membutuhkan bantuan karena terkena pemutusan hubungan kerja.
Dana khusus disiapkan untuk melakukan tes massal covid-19 kepada masyarakat. Secara bersamaan pemerintah harus. memitigasi dampak dari kebijakan pembatasan sosial berskala besar kepada kehidupan masyarakat. Sekarang ini terjadi peningkatan jumlah kelompok miskin. Kelompok yang sebelumnya bisa hidup mandiri kini membutuhkan bantuan karena terkena pemutusan hubungan kerja.
Di Ranah Minang berbagai upaya tengah dilakukan Pemerintah
Provinsi Sumatra Barat (Sumbar), untuk mengantisipasi penyebaran virus corona
di provinsi itu. Salah satunya, dengan meminta perantau asal Sumbar menunda
pulang ke kampung halaman sementara waktu. Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno
mengatakan, pihaknya mengimbau agar perantau tidak pulang kampung itu, sebagai
upaya meminimalisir penularan covid-19. Dalam surat
nomor: 050/078/BKPdR/III-2020, imbauan tersebut dikeluarkan berdasarkan hasil
rapat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumbar. Hal ini mengingat
meluasnya penyebaran Covid-19 di Tanah Air, yang banyak ditempati perantau asal
Ranah Minang.
Diperkuat juga dengan pendapat Dahnil Anzar Simanjuntak,
Juru Bicara Menteri Pertahanan Republik Indonesia. Ada alasan kenapa perantau
minang menahan diri dulu untuk pulang, Pertama, secara demografi penduduk
kampung atau desa di Indonesia rata-rata warga berusia lanjut (senior citizen). Warga lansia merupakan
salah satu kelompok masyarakat yang paling rentan terpapar virus korona,
apalagi bila memiliki penyakit bawaan.
Kedua, fasilitas kesehatan di perdesaan atau kampung sangat terbatas. Demikian pula jumlah dokter sangat sedikit, apalagi dokter spesialis. Ketiga, Desa atau kampung merupakan lumbung pangan. Bila wabah penyakit melanda desa dan kampung, tentu akan berdampak pula pada ketersediaan pangan karena masyarakat tidak bisa bercocok tanam. Krisis kesehatan akan diikuti oleh krisis pangan, dan krisis pangan akan berdampak sistemik terhadap ketahanan dan pertahanan kita sebagai bangsa.
Ditambah juga dengan sudah adanya beberapa kasus covid-19 yang diakibatkan karena perantau pulang kampung merepotkan pihak keluarga, bahkan kesehatan mereka dan lingkungan sekitar terancam. Ini telah terjadi, sesuai dengan pemberitaan riauonline pada Senin, 13 April 2020 lalu telah ada satu keluarga beranggotakan empat orang positif virus corona setelah konrak dengan anggota keluarga yang baru pulang Merantau dari Jakarta.
Kedua, fasilitas kesehatan di perdesaan atau kampung sangat terbatas. Demikian pula jumlah dokter sangat sedikit, apalagi dokter spesialis. Ketiga, Desa atau kampung merupakan lumbung pangan. Bila wabah penyakit melanda desa dan kampung, tentu akan berdampak pula pada ketersediaan pangan karena masyarakat tidak bisa bercocok tanam. Krisis kesehatan akan diikuti oleh krisis pangan, dan krisis pangan akan berdampak sistemik terhadap ketahanan dan pertahanan kita sebagai bangsa.
Ditambah juga dengan sudah adanya beberapa kasus covid-19 yang diakibatkan karena perantau pulang kampung merepotkan pihak keluarga, bahkan kesehatan mereka dan lingkungan sekitar terancam. Ini telah terjadi, sesuai dengan pemberitaan riauonline pada Senin, 13 April 2020 lalu telah ada satu keluarga beranggotakan empat orang positif virus corona setelah konrak dengan anggota keluarga yang baru pulang Merantau dari Jakarta.
Modal Sosial sebagai Solusi melawan Covid-19
Namun ada kabar baik dari FISIP Unand melakukan survei terkait situasi
sosial warga Sumatra Barat, di tengah pandemi covid-19. Hasilnya, Unand
mencatat warga Sumbar punya modal sosial yang kuat menghadapi pandemi. Survei
menunjukkan solidaritas sosial warga Sumbar menggembirakan, terlihat dari
kesukarelaan sosial masyarakat bersedia membantu masyarakat lain yang terdampak
covid-19 dalam bentuk materi cukup tinggi, mencapai 46,4 persen. Dan 28,3
persen dari 1.010 responden menyatakan bersedia memberikan bantuan tenaga
kepada warga lainnya yang terdampak covid-19. Sedangkan, ada 56 persen
responden bersedia memberikan sumbangan pikiran, informasi, dan nasihat. Ada
5,6 persen responden siap menyediakan tempat isolasi bagi warga yang terdampak
covid-19.
Kesediaan untuk saling bantu, merupakan modal sosial yang
bisa dikembangkan untuk melawan covid-19. Caranya adalah dengan mengoptimalkan
fungsi posko covid-19 yang ada di lingkungan terendah guna mengakomodasi modal
sosial dan solidaritas sosial warga untuk membantu mereka yang terdampak. Warga
yang hendak membantu bisa menyalurkan bantuan lewat posko untuk disampaikan
kepada warga lain yang terdampak wabah.
Covid-19 tidak bisa dilawan hanya dengan mengandalkan sumber daya yang ada di pemerintah. Kita perlu bersama-sama, basamo mangko manjadi, bersama sama membantu dengan semua pemangku kepentingan, pemimpin formal dan pemimpin informal bekerja sama membangun solidaritas dan mengembangkan modal sosial yang dimiliki untuk saling membantu.
Covid-19 tidak bisa dilawan hanya dengan mengandalkan sumber daya yang ada di pemerintah. Kita perlu bersama-sama, basamo mangko manjadi, bersama sama membantu dengan semua pemangku kepentingan, pemimpin formal dan pemimpin informal bekerja sama membangun solidaritas dan mengembangkan modal sosial yang dimiliki untuk saling membantu.
Di Ranah Minang kita mengenal pepatah petitih barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang, pepatah petitih Minang ini pun pernah dikutip oleh Presiden Jokowi pada 2018 silam, hal itu ia ungkapkan saat menyampaikan pidato kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR di Kompleks Parlemen untuk menggambarkan pentingnya semangat persatuan bangsa dalam menghadapi tantangan dan rintangan di masa depan.
Presiden meyakini, dengan kerja sama dari seluruh lembaga negara dan dibantu oleh setiap elemen masyarakat maka prestasi bangsa di berbagai bidang dapat diraih. Kita pun optimis, semangat gotong royong dan semangat basamo mangko manjadi di republik dan ranah yang tak dimiliki negara lain dalam upaya penanggulangan covid-19 ada pada bangsa kita. Kita berharap jumlah mereka yang ikhlas bergotong royong semakin banyak. Kita boleh optimistis agar Indonesia lekas keluar dari cengkeraman pandemi covid-19.
Karena bencana non alam, seperti covid-19 ini sudah selayaknya mempersatukan kita, bukan membuat perdebatan yang tak berujung diantara kita. Bencana tsunami Aceh pada 2004 bisa mempersatukan masyarakat Aceh, mempersatukan Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. Bersatu berarti berbuat sesuatu untuk negara dan ranah. Alangkah baiknya bila kita juga berbuat sesuatu untuk negara dan ranah, menolong republik dan ranah.
Sederhana saja, dengan mematuhi PSBB, beribadah di rumah, bekerja dari rumah, dan belajar dari rumah, tidak mudik, cuci tangan pakai sabun, dan menjaga daya tahan tubuh merupakan langkah-langkah menolong negara memutus rantai covid-19. Mereka yang bergotong royong menyumbangkan perlengkapan dan akomodasi buat tenaga medis atau bantuan sosial telah menolong negara dan ranah untuk mengurangi dampak sosial ekonomi pandemi covid-19. Mereka tidak bertanya apa yang negara berikan untuk mereka, tetapi bertanya apa yang mereka berikan untuk republik dan ranah.
Presiden meyakini, dengan kerja sama dari seluruh lembaga negara dan dibantu oleh setiap elemen masyarakat maka prestasi bangsa di berbagai bidang dapat diraih. Kita pun optimis, semangat gotong royong dan semangat basamo mangko manjadi di republik dan ranah yang tak dimiliki negara lain dalam upaya penanggulangan covid-19 ada pada bangsa kita. Kita berharap jumlah mereka yang ikhlas bergotong royong semakin banyak. Kita boleh optimistis agar Indonesia lekas keluar dari cengkeraman pandemi covid-19.
Karena bencana non alam, seperti covid-19 ini sudah selayaknya mempersatukan kita, bukan membuat perdebatan yang tak berujung diantara kita. Bencana tsunami Aceh pada 2004 bisa mempersatukan masyarakat Aceh, mempersatukan Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. Bersatu berarti berbuat sesuatu untuk negara dan ranah. Alangkah baiknya bila kita juga berbuat sesuatu untuk negara dan ranah, menolong republik dan ranah.
Sederhana saja, dengan mematuhi PSBB, beribadah di rumah, bekerja dari rumah, dan belajar dari rumah, tidak mudik, cuci tangan pakai sabun, dan menjaga daya tahan tubuh merupakan langkah-langkah menolong negara memutus rantai covid-19. Mereka yang bergotong royong menyumbangkan perlengkapan dan akomodasi buat tenaga medis atau bantuan sosial telah menolong negara dan ranah untuk mengurangi dampak sosial ekonomi pandemi covid-19. Mereka tidak bertanya apa yang negara berikan untuk mereka, tetapi bertanya apa yang mereka berikan untuk republik dan ranah.
E-commerce sebagai Solusi Ekonomi Bagi Perantau Minang dan Masyarakat di Ranah Minang saat Covid-19
Solusi lain selain kita harus memanfaatkan modal sosial yang
memang tergambar jelas dalam hablu
minallah dan hablu minannas.
Sebagaimana dijelaskan dalam Islam, hubungan kita dengan manusia lain itu digambarkan
Rasulullah Saw. bagaikan satu tubuh karena itulah kita harus bergotong-royong,
apalagi itu merupakan warisan abadi dari jati diri bangsa kita.
Dalam hadits rasul yang diriwayatkan oleh Nu’man bin Basyir menyatakan: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam [HR. Muslim].” Perantau minang dan masyarakat di ranah minang bisa memanfaatkan teknologi informasi, yakni berjualan secara daring atau melalui e-commerce. Pada situasi saat ini kita harus bisa berpikir luas. Sebagai contoh memanfaatkan jual beli online agar dagangan tetap jalan.
Dalam hadits rasul yang diriwayatkan oleh Nu’man bin Basyir menyatakan: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam [HR. Muslim].” Perantau minang dan masyarakat di ranah minang bisa memanfaatkan teknologi informasi, yakni berjualan secara daring atau melalui e-commerce. Pada situasi saat ini kita harus bisa berpikir luas. Sebagai contoh memanfaatkan jual beli online agar dagangan tetap jalan.
Perantau minang dan masyarakat di ranah bisa memanfaatkan e-commerce
di Indonesia, seperti: Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Lazada, Blibli, JD ID,
Orami, Bhinneka. Dan ada juga e-commerce anak nagari yang dilaunching oleh Uda
Muhammad Fadli, ST, Msc. yang penulis lihat dalam akun media sosialnya itu diupload pada 29 April 2020. Ia memberikan sebuah solusi e-commerce di
Bukittinggi yang bernama katidiang.com, untuk mempermudah proses jual-beli di area
Bukittinggi dan Agam, dunsanak yang akan mendaftar tanpa dipungut biaya
sepersen pun karena ini merupakan aksi sosial untuk menghadapi covid-19 di
wilayah Bukittinggi dan Agam.
E-commerce dapat menjadi solusi di tengah merebaknya
covid-19, apalagi menurut data dari GlobalWebIndex, Indonesia merupakan negara
dengan tingkat adopsi e-commerce tertinggi di dunia pada 2019. Sebanyak 90
persen dari pengguna internet berusia 16 hingga 64 tahun di Indonesia pernah
melakukan pembelian produk dan jasa secara online.
Pertumbuhan pesat ini banyak difasilitasi oleh kehadiran marketplace. Dengan kemudahan dalam membuka lapak atau toko online, kini pelaku bisnis dapat menawarkan jasa atau produk secara digital dengan jangkauan konsumen yang lebih luas. Jika perantau minang dan masyarakat di ranah minang memanfaatkan e-commerce, manfaat tidak hanya dilihat dari sisi perubahan gaya hidup produsen dan konsumen. Karna industri e-commerce juga membuka lebih banyak peluang bisnis baru, serta menghasilkan dampak beruntun (trickle-effect) bagi industri di sektor pendukung, seperti logistik, infrastruktur IT, dan operator e-commerce.
Pertumbuhan pesat ini banyak difasilitasi oleh kehadiran marketplace. Dengan kemudahan dalam membuka lapak atau toko online, kini pelaku bisnis dapat menawarkan jasa atau produk secara digital dengan jangkauan konsumen yang lebih luas. Jika perantau minang dan masyarakat di ranah minang memanfaatkan e-commerce, manfaat tidak hanya dilihat dari sisi perubahan gaya hidup produsen dan konsumen. Karna industri e-commerce juga membuka lebih banyak peluang bisnis baru, serta menghasilkan dampak beruntun (trickle-effect) bagi industri di sektor pendukung, seperti logistik, infrastruktur IT, dan operator e-commerce.
Harapan kita bersama covid-19 yang mengakibatkan rusaknya
sendi-sendi kehidupan ini segera berakhir, sehingga tidak membuat social destruction bagi kehidupan
perantau minang dan masyarakat minang. Semangat hidup kita tak boleh padam,
masyarakat minang di rantau di ranah harus bangkit. Karna seperti yang Buya
Hamka pernah katakan, “Kerap kali kita
temui orang yang masih hidup tetapi telah mati, karena semangat hidupnya yang
padam, dan kerap kali pula kita bertemu orang yang telah lama mati padahal ia
masih hidup karena semangat perjuangan hidupnya tidak pernah mati.” Bangkitlah
masyarakat republik, rantau, dan ranah minangku.
Komentar
Posting Komentar